Al-Qur’an merupakan firman Allah yang selanjutnya dijadikan pedoman
hidup (way of life) kaum muslim yang tidak ada lagi keraguan di
dalamnya. Di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok (prinsip dasar)
menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang selanjutnya dapat
dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing bangsa dan kapanpun
masanya dan hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan.
Salah satu permasalah yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah
masalah pendidikan.
Dalam al-Qur’an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan
pendidikan sangat penting, jika al-Qur’an dikaji lebih mendalam maka
kita akan menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya
bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun
pendidikan yang bermutu. Ada beberapa indikasi yang terdapat dalam
al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan antara lain; Menghormati akal
manusia, bimbingan ilmiah, fitrah manusia, penggunaan cerita (kisah)
untuk tujuan pendidikan dan memelihara keperluan sosial masyarakat .
Untuk mengkaji aspek pendidikan dalam al-Qur’an maka makalah ini sengaja dibuat, dalam makalah ini penulis hanya memaparkan tentang pengertian pendidikan, istilah-istilah pendidikan dalam al-Qur’an, hakikat dan prinsip dasar, serta analisis problem di dunia pendidikan Islam terutama di Indonesia, bagaimana konsep ideal pendidikan Islam? dan bagaimana realitas pendidikan Islam di Indonesia? serta bagaimana mewujudkan pendidikan Islam yang bermutu?
Pengertian Konsep Pendidikan dalam Al-qur’an.
Untuk mengkaji aspek pendidikan dalam al-Qur’an maka makalah ini sengaja dibuat, dalam makalah ini penulis hanya memaparkan tentang pengertian pendidikan, istilah-istilah pendidikan dalam al-Qur’an, hakikat dan prinsip dasar, serta analisis problem di dunia pendidikan Islam terutama di Indonesia, bagaimana konsep ideal pendidikan Islam? dan bagaimana realitas pendidikan Islam di Indonesia? serta bagaimana mewujudkan pendidikan Islam yang bermutu?
Pengertian Konsep Pendidikan dalam Al-qur’an.
Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam al-Qur’an dengan istilah
‘at-Tarbiyah’, ‘at-Ta’lim’, dan ‘at-Tadhib’, tetapi lebih banyak kita
temukan dengan ungkapan kata ‘rabbi’, kata at-Tarbiyah adalah bentuk
masdar dari fi’il madhi rabba , yang mempunyai pengertian yang sama
dengan kata ‘rabb’ yang berarti nama Allah. Dalam al-Qur’an tidak
ditemukan kata ‘at-Tarbiyah’, tetapi ada istilah yang senada dengan itu
yaitu; ar-rabb, rabbayani, murabbi, rabbiyun, rabbani. Sebaiknya dalam
hadis digunakan istilah rabbani. Semua fonem tersebut mempunyai konotasi
makna yang berbeda-beda.
Beberapa ahli tafsir berbeda pendapat dalam mengartikan kat-kata diatas. Sebagaimana dikutip dari Ahmad Tafsir bahwa pendidikan merupakan arti dari kata ‘Tarbiyah’ kata tersebut berasal dari tiga kata yaitu; rabba-yarbu yang bertambah, tumbuh, dan ‘rabbiya- yarbaa’ berarti menjadi besar, serta ‘rabba-yarubbu’ yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara.
Konferensi pendidikan Islam yang pertama tahun 1977 ternyata tidak berhasil menyusun definisi pendidikan yang dapat disepakati, hal ini dikarenakan; 1) banyaknya jenis kegiatan yang dapat disebut sebagai kegiatan pendidikan, 2) luasnya aspek yang dikaji oleh pendidikan.
Beberapa ahli tafsir berbeda pendapat dalam mengartikan kat-kata diatas. Sebagaimana dikutip dari Ahmad Tafsir bahwa pendidikan merupakan arti dari kata ‘Tarbiyah’ kata tersebut berasal dari tiga kata yaitu; rabba-yarbu yang bertambah, tumbuh, dan ‘rabbiya- yarbaa’ berarti menjadi besar, serta ‘rabba-yarubbu’ yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara.
Konferensi pendidikan Islam yang pertama tahun 1977 ternyata tidak berhasil menyusun definisi pendidikan yang dapat disepakati, hal ini dikarenakan; 1) banyaknya jenis kegiatan yang dapat disebut sebagai kegiatan pendidikan, 2) luasnya aspek yang dikaji oleh pendidikan.
Para ahli memberikan definisi at-Tarbiyah, bila diidentikan dengan ‘arrab’ sebagai berikut;
1) Menurut al-Qurtubi, bahwa; arti ‘ar-rabb adalah pemilik, tua, Maha memperbaiki, Yang Maha pengatur, Yang Maha mengubah, dan Yang Maha menunaikan
1) Menurut al-Qurtubi, bahwa; arti ‘ar-rabb adalah pemilik, tua, Maha memperbaiki, Yang Maha pengatur, Yang Maha mengubah, dan Yang Maha menunaikan
2) Menurut louis al-Ma’luf, ar-rabb berarti tuan, pemilik, memperbaiki, perawatan, tambah dan mengumpulkan .
3) Menurut Fahrur Razi, ar-rabb merupakan fonem yang seakar dengan
al-Tarbiyah, yang mempunyai arti at-Tanwiyah (pertumbuhan dan
perkembangan) .
4) Al-Jauhari memberi arti at-Tarbiyah, rabban dan rabba dengan memberi makan, memelihara dan mengasuh.
5) Kata dasar ar-rabb, yang mempunyai arti yang luas antara lain;
memilki, menguasai, mengatur, memelihara, memberi makan, menumbuhkan,
mengembangkan dan berarti pula mendidik.
Apabila pendidikan Islam di identikan dengan at-ta’lim, para ahli memberikan pengertian sebagai berikut;
Apabila pendidikan Islam di identikan dengan at-ta’lim, para ahli memberikan pengertian sebagai berikut;
(a) Abdul Fattah Jalal, mendefinisikan at-ta’lim sebagai proses
pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan
penanaman amanah, sehingga penyucian atau pembersihan manusia dari
segala kotoran dan menjadikan diri manusia berada dalam kondisi yang
memungkinkan untuk menerima al-hikmah serta mempelajari apa yang
bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya . At-ata’lim menyangkut
aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidup
serta pedoman prilaku yang baik. At-ta’lim merupakan proses yang terus
menerus diusahakan semenjak dilahirkan, sebab menusia dilahirkan tidak
mengetahui apa-apa, tetapi dia dibekali dengan berbagai potensi yang
mempersiapkannya untuk meraih dan memahami ilmu pengetahuan serta
memanfaatkanya dalam kehidupan.
(b) Munurut Rasyid Ridho, at-ta’lim adalah proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu . Definisi ini berpijak pada firman Allah al-Baqoroh
ayat 31 tentang allama Allah kepada Nabi Adam as, sedangkan proses
tranmisi dilakukan secara bertahap sebagaimana Adam menyaksikan dan
menganalisis asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya. Dari penjelasan
ini disimpulkan bahwa pengertian at-ta’lim lebih luas/lebih umum
sifatnya daripada istilah at-tarbiyah yang khusus berlaku pada
anak-anak. Hal ini karena at-ta’lim mencakup fase bayi, anak-anak,
remaja, dan orang dewasa, sedangkan at-tarbiyah, khusus pendidikan dan
pengajaran fase bayi dan anak-anak.
(c) Sayed Muhammad an Naquid al-Atas, mengartikan at-ta’lim
disinonimkan dengan pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar,
namun bila at-ta’lim disinonimkan dengan at-tarbiyah, at-ta’lim
mempunyai arti pengenalan tempat segala sesuatu dalam sebuah system .
Menurutnya ada hal yang membedakan antara at-tarbiyah dengan
at-ta’lim, yaitu raung lingkup at-ta’lim lebih umum daripada
at-tarbiyah, karena at-tarbiyah tidak mencakup segi pengetahuan dan
hanya mengacu pada kondisi eksistensial dan juga at-tarbiyah merupakan
terjemahan dari bahasa latin education, yang keduanya mengacu kepada
segala sesuatu yang bersifat fisik-mental, tetapi sumbernya bukan dari
wahyu.
Pengunaan at-ta’dib, menurut Naquib al-Attas lebih cocok untuk
digunakan dalam pendidikan Islam, konsep inilah yang diajarkan oleh
Rasul. At-ta’dib berarti pengenalan, pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedimikian rupa,
sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan
keagungan Tuhan dalam tatanan wujud dan keberadaanya .
Kata ‘addaba’ yang juga berarti mendidik dan kata ‘ta’dib’ yang
berarti pendidikan adalah diambil dari hadits Nabi “Tuhanku telah
mendidikku dan dengan demikian menjadikan pendidikanku yang terbaik” .
(d) Menurut Muhammad Athiyah al-Abrasy, pengertian at-ta’lim
berbeda dengan pendapat diatas, beliau mengatakan bahwa; at-ta’lim lebih
khusus dibandingkan dengan at-tarbiyah, karena at-ta’lim hanya
merupakan upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada aspek-aspek
tertentu saja, sedangkan at-tarbiyah mencakuip keseluruhan aspek-aspek
pendidikan .
(e) Masih lagi pengertian pendidikan Islam dari berbagai tokoh
pemikir Islam, tetapi cukuplah pendapat diatas untuk mewakili pemahaman
kita tentang konsep pendidikan Islam (al-Qur’an ). Konsep filosofis
pendidikan Islam adalah bersumber dari hablum min Allah (hubungan dengan
Allah) dan hablum min al-nas (hubungan dengan sesama manusia) dan
hablum min al-alam (hubungan dengan manusia dengan alam sekitas) yang
selanjutnya berkembang ke berbagai teori yang ada seperti sekarang ini.
Inprirasi dasar yaitu berasal dari al-Qur’an.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan adalah suatu yang diharapakan tercapai setelah sesuatu
kegiatan selesai atau tujuan adalah cita, yakni suasana ideal itu nampak
yang ingin diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan, suasana ideal itu
tampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education)
Adapun tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalamai proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu hidup, selain sebagai arah atau petunjuk dalam pelaksanaan pendidikan, juga berfungsi sebagai pengontrol maupun mengevaluasi keberhasilan proses pendidikan.
Sebagai pendidikan yang nota benenya Islam, maka tentunya dalam merumuskan tujuan harus selaras dengan syari’at Islam. Adapun rumusan tujuan pendidikan Islam yang disampaikan beberapa tokoh adalah;
Adapun tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalamai proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu hidup, selain sebagai arah atau petunjuk dalam pelaksanaan pendidikan, juga berfungsi sebagai pengontrol maupun mengevaluasi keberhasilan proses pendidikan.
Sebagai pendidikan yang nota benenya Islam, maka tentunya dalam merumuskan tujuan harus selaras dengan syari’at Islam. Adapun rumusan tujuan pendidikan Islam yang disampaikan beberapa tokoh adalah;
1) Ahmad D Marimba; tujuan pendidikan Islam adalah; identiuk
dengan tujuan hidup orang muslim. Tujuan hidup manusia munurut Islam
adalah untuk menjadi hamba allah. Hal ini mengandung implikasi
kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya .
2) Dr. Ali Ashraf; ‘tujuan akhir pendidikan Islam adalah manusia
yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada tingkat individu,
masyarakat dan kemanusiaan pada umunya” .
3) Muhammad Athiyah al-Abrasy. “the fist and highest goal of
Islamic is moral refinment and spiritual, training” (tujuan pertama dan
tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan
pendidikan jiwa)”
4) Syahminan Zaini; “Tujuan Pendidikan Islam adalah membentuk
manusia yang berjasmani kuat dan sehat dan trampil, berotak cerdas dan
berilmua banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat
kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan berpendirian teguh”.
Dari berbagai pendapat tentang tujuan pendidikan Islam diatas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang
sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
Hakekat Pendidikan dalam al-Qur’an
Hakekat/nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat
berarti bagi kehidupan manusia. Nilai bersifat praktis dan efektif dalam
jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara objektif didalam
masyrakat. Nilai ini merupakan suatu realita yang sah sebagai suatu
cita-cita yang benar dan berlawanan dengan cita-cita palsu yang bersifat
khayal .
Dari beberapa pengertian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa
pengertian pendidikan Islam adalah; proses transformasi dan
internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam pada peserta didik
melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya untuk mencapai
keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Sehingga
dapat dijabarkan pada enam pokok pikiran hakekat pendidikan Islam yaitu;
1) Proses tranformasi dan internalisasi, yaitu upaya pendidikan Isla harus dilakukan secara berangsur-angsur, berjenjang dan Istiqomah, penanaman nilai/ilmu, pengarahan, pengajaran dan pembimbingan kepada anak didik dilakukan secara terencana, sistematis dan terstuktur dengan menggunakan pola, pendekatan dan metode/sistem tertentu.
2) Kecintaan kepada Ilmu pengetahuan, yaitu upaya yang diarahkan pada pemberian dan pengahayatan, pengamalan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang bercirikhas Islam, dengan disandarkan kepada peran dia sebagai khalifah fil ardhi dengan pola hubungan dengan Allah (hablum min Allah), sesama manusia (hablum minannas) dan hubungan dengan alam sekitas (hablum min al-alam).
3) Nilai-nilai Islam, maksudnya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam praktek pendidikan harus mengandung nilai Insaniah dan Ilahiyah. Yaitu: a) nilai yang bersumber dari sifat-sifat Allah sebanyak 99 yang tertuang dalam “al Asmaul Husna” yakni nama-nama yang indah yang sebenarnya karakter idealitas manusia yang selanjutnya disebut fitrah, inilah yang harus dikembangkan. b) Nilai yang bersumber dari hukum-hukum Allah, yang selanjutnya di dialogkan pada nilai insaniah. Nilai ini merupakan nilai yang terpancar dari daya cipta, rasa dan karsa manusia yang tumbuh sesuai dengan kebutuhan manusia.
4) Pada diri peserta didik, maksudnya pendidikan ini diberikian kepada peserta didik yang mempunyai potensi-potensi rohani. Potensi ini memmungkinkan manusia untuk dididik dan selanjutnya juga bisa mendidik.
1) Proses tranformasi dan internalisasi, yaitu upaya pendidikan Isla harus dilakukan secara berangsur-angsur, berjenjang dan Istiqomah, penanaman nilai/ilmu, pengarahan, pengajaran dan pembimbingan kepada anak didik dilakukan secara terencana, sistematis dan terstuktur dengan menggunakan pola, pendekatan dan metode/sistem tertentu.
2) Kecintaan kepada Ilmu pengetahuan, yaitu upaya yang diarahkan pada pemberian dan pengahayatan, pengamalan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang bercirikhas Islam, dengan disandarkan kepada peran dia sebagai khalifah fil ardhi dengan pola hubungan dengan Allah (hablum min Allah), sesama manusia (hablum minannas) dan hubungan dengan alam sekitas (hablum min al-alam).
3) Nilai-nilai Islam, maksudnya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam praktek pendidikan harus mengandung nilai Insaniah dan Ilahiyah. Yaitu: a) nilai yang bersumber dari sifat-sifat Allah sebanyak 99 yang tertuang dalam “al Asmaul Husna” yakni nama-nama yang indah yang sebenarnya karakter idealitas manusia yang selanjutnya disebut fitrah, inilah yang harus dikembangkan. b) Nilai yang bersumber dari hukum-hukum Allah, yang selanjutnya di dialogkan pada nilai insaniah. Nilai ini merupakan nilai yang terpancar dari daya cipta, rasa dan karsa manusia yang tumbuh sesuai dengan kebutuhan manusia.
4) Pada diri peserta didik, maksudnya pendidikan ini diberikian kepada peserta didik yang mempunyai potensi-potensi rohani. Potensi ini memmungkinkan manusia untuk dididik dan selanjutnya juga bisa mendidik.
5) Melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, tugas
pokok pendidikan Islam adalah menumbuhkan, mengembangkan, memelihara,
dan menjaga potensi manusia, sehingga tercipta dan terbentuklah kualitas
generasi Islam yang cerdas, kreatif dan produktif.
6) Menciptakan keseimbangan dan kesempurnaan hidup, dengan kata lain
‘insan kamil’ yaitu manusia yang mampu mengoptimalkan potensinya dan
mampu menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani, dunia dan akherat.
Proses pendidikan yang telah dijalani menjadikan peserta didik bahagia
dan sejahtera, berpredikat khalifah fil ardhi.
Prinsip diatas adalah pikiran idealitas pendidikan Islam terutama di
Indonesia, tetapi dalam mewujudkan cita-cita tersebut banyak sekali
permasalah yang telah menghambat pencapaian cita-cita tersebut malah
terkadang membelokkan tujuan utama dari pendidikan Islam. Problem
pendidikan Islam harus menjadi tanggung jawab bersama baik dari
pendidik, pemerintah, orang tua didik dan anak didik itu sendiri, jadi
kesadaran dari semua pihak sangatlah diharapkan.
Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam
Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam
Kata ‘prinsip’ adalah akar kata dari principia yang diartikan sebagai
permualaan, yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain,
yang keberadaannya tergantung dari pemula itu’ . jadi kalau berbicara
mengenai prinsip pendidikan Islam, maka pelaksanaan pendidikan ini telah
digariskan oleh prinsip atau konsep dalam ajaran Islam. Prinsip-prinsip
tersebut adalah;
a) Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan diri;
Manusia adalah makhluk paedagogik, yaitu makhluk Allah yang dapat
dididik dan dapat mendidik. Potensi itu ada dengan adanya pemberian
Allah berupa akal-pikiran, perasaan, nurani, yang akan dijalani manusia
baik sebgai makhluk individu maupun sebagai makhluk yang bermasarakat.
Potensi yang besar tidak akan bisa kita manfaatkan jika kita tidak
berusaha untuk mengaktifkan, mengembangkan dan melatihnya. Hal itu
membutuhkan sebuah proses yang akan memakan waktu, tenaga bahkan biaya,
tetapi mengingat potensi yang luar biasa yang kita akan raih hal itu
tidak ada artinya apa-apa. Jadi pendidikan adalah proses untuk
mengembangakan potensi diri.
b) Pendidikan Islam; pendidikan yang bebas; Kebebasan yang
dimaksud adalah kebebasan berkehendak dan berbuat yang diberikan Allah
kepada manusia, kebebasan ini tentunya terikat dengan hukum syara’.
Kebebasan disini berarti manusia bebas memilih prosesnya masing-masing
dari prinsip ini seorang pendidik tidak bisa memaksa anak didik untuk
menentukan pilihan yang harus dijalani anak didik. Pendidik hanya
mengarahkan kemana potensi yang dominan yang bisa dikembangkan oleh
peserta didik tersebut.
c) Pendidikan Islam penuh dengan nilai insaniah dan ilahiyah;
Agama Islam adalah sumber akhlak, kedudukan akhlak sangatlah penting
sebagai pelengkap dalam menjalankan fungsi kemanusiaan di bumi.
Pendidikan merupakan proses pembinaan akhlak pada jiwa. Meletakkan
nilai-nilai moral pada anak didik harus diutamakan. Nilai-nilai
ketuhanan harus dikedepankan, pendidikan Islam haruslah memperhatikan
pendidikan akhlak atau nilai dalam setiap pelajaran dari tingkat dasar
sampai tingkat tertinggi dan mengutamakan fadhilah dan sendi moral yang
sempurna .
d) Prinsip Keseimbangan hidup; Dalam pendidikan Islam prinsip keseimbangan meliputi;
i. Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat
i. Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat
ii. Keseimbangan antara kebutuhan jasmanai dan rohani
iii. Keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial
iv. Keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan amal
Prinsip ini telah ditegaskan dalam al-Qur’an (Al-Qashas;77); ‘ dan
carilah pada apa yang telah dianugrahkan kepadamau (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan jaganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu…’
e) Prinsip persamaan; Kesempatan belajar dalam Islam sama antara
laki-laki dan perempuan, oleh karena itu kewajiban untuk menuntut ilmu
juga sama. Sistem pendidikan tidak mengenal perbedaan dan tidak
membeda-bedakan latar belakang orang itu jika dia mau menuntut ilmu.
Semua punya potensi yang sama untuk di didik dan punya kesempatan yang
sama untuk memproses diri dalam pendidikan.
f) Prinsip seumur hidup, sepanjang masa; Pendidikan yang
dianjurkan tidak mengenal batas waktu, tidak mengenal umur. Seumur hidup
manusia harunya terdidik, mulai dari lahir sampai ke liang lahat.
Seluruh kehidupan kita digunakan sebagai proses pendidikan, sebagai
proses untuk menjadi hamba yang baik, menjadi insan kamil.
g) Prinsip diri; Orang telah kehilangan kepercayaan kepada diri
sendiri. Sebenarnya sudah mati sebeluhm mereka hidup, sebab tidak bisa
melihat dunia dengan potensi panca indranya sendiri. Manusia adalah
makhluk yang sempurna dengan berbekal akal, perasaan yang bisa
dikembangkan. dengan inilah harkat manusia lebih tinggi di banding
makhluk lainya. Atau bahkan karena akalnyapun manusia bisa unggul dari
manusia satu dengan manusia lainya.
Hal diatas merupakan konsep pendidikan Islam yang ideal, tetapi bagaimana realitas pendidikan Islam sekarang? Problem pendidikan Nasional kita tidak bisa di anggap pemasalahan yang ringan, prestasi pendidikan kita jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Ketertinggalan pembanganan pendidikan Indonesia tercermin dalam Human Development index Report (1999), yang menempatkan Indonesia pada urutan ke-105 se-Asia Tenggara, sungguh prestasi yang tidak membanggakan. Problem pendidikan kita adalah problem sistemik pendidikan artinya; permasalahan menyangkut keseluruhan komponen pendidikan, mulai dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan sistem pendidikan nasional, manajerial pemerintah, kompetensi guru/dosen, sarana-prasarana, kurikulum, dukungan masyarat dan lain sebagainya. Oleh karena itu penangannya juga harus melibatkan berbagai pihak, dan sudah seharusnya permasahan ini merupakan tanggung jawab kita bersama.
Paradigma Pendidikan Islam dan Pengembangannya
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan maka pendidikan Islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapakan tercermin dalam sikap hidup dan keterampilan hidup orang Islam. Namun pertanyaan selanjutnya; apa saja aspek-aspek kehidupan itu? Jawaban pertanyaan ini setidaknya muncul bebarapa paradigma pengembangan pendidikan Islam yaitu: pertama; paradigma Formisme; kedua; paradigma mekanisme dan ketiga paradigma organisme .
Hal diatas merupakan konsep pendidikan Islam yang ideal, tetapi bagaimana realitas pendidikan Islam sekarang? Problem pendidikan Nasional kita tidak bisa di anggap pemasalahan yang ringan, prestasi pendidikan kita jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Ketertinggalan pembanganan pendidikan Indonesia tercermin dalam Human Development index Report (1999), yang menempatkan Indonesia pada urutan ke-105 se-Asia Tenggara, sungguh prestasi yang tidak membanggakan. Problem pendidikan kita adalah problem sistemik pendidikan artinya; permasalahan menyangkut keseluruhan komponen pendidikan, mulai dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan sistem pendidikan nasional, manajerial pemerintah, kompetensi guru/dosen, sarana-prasarana, kurikulum, dukungan masyarat dan lain sebagainya. Oleh karena itu penangannya juga harus melibatkan berbagai pihak, dan sudah seharusnya permasahan ini merupakan tanggung jawab kita bersama.
Paradigma Pendidikan Islam dan Pengembangannya
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan maka pendidikan Islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapakan tercermin dalam sikap hidup dan keterampilan hidup orang Islam. Namun pertanyaan selanjutnya; apa saja aspek-aspek kehidupan itu? Jawaban pertanyaan ini setidaknya muncul bebarapa paradigma pengembangan pendidikan Islam yaitu: pertama; paradigma Formisme; kedua; paradigma mekanisme dan ketiga paradigma organisme .
Pertama; paradigma Formisme; dalam paradigma ini aspek kehidupan
dipandang dengan sangat sederhana, dan kata kuncinya adalah dikotomi
atau distrit. Segala sesuatu hanya dilihat dari dua sisi yang berlawanan
seperti; laki-laki dan perempuan, STAIN/IAIN dan Non STAIN/IAIN,
madrasah dan non Madrasah, pendidkan keagamaan dan non keagamaan,
demikian seterusnya, pandangan ini berlanjut pada cara memandang aspek
kehidupan dunia dan akherat. Kehidupan jasmani dan rohani sehingga
pendidikan Islam hanya dietakkan pada kehidupan akherat saja atau
kehidupan rohani saja. Oleh kerena itu pengembangannya (PAI) hanya
berkisar pada aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan
duniawi, pendidikan (agama) Islam hanya berkutat mengurusi persoalan
ritual dan priritual, sementara kehidupan sosial ekonomi politik, ilmu
pengetahuan, teknologi dan lainya dianggap sebagai bidang duniawi yang
menjadi bidang garap pendidikan umum. Istilah pendidikan agama dan
pendidakan umum sebenarnya muncul dari paradigma formisme tersebut.
Kedua; paradigma mekanisme, paradigma ini memandang kehidupan terdiri
atas berbagai aspek, dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan
pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang terdiri atas nilai agama,
nilai individu, nilai sosial, nila politik, nilai ekonomi, nilai
rasional dan sebagainya.sebagai impliksinya, pengembangan pendidikan
Islam tersebut bergantung pada kemauan, kemampuan, dan political-will
dari para pembinaya dan sekalius pimpinan dari lembaga tersebut.
Terutama dlam membangun kerjasama dengan mata pelajaran/kuliah lain.
Hubungan antara pendidikan agama dengan beberapa metapelajaran dapat
bersifat horisontal lateral (Indipendent), lateral-sekuensial, atau
bahkan vertikal linear.
Ketiga paradigma organisme, paradigma ini memandang bahwa Islam
adalah kesatuan atau sebagai sistem (yang terdiri atas berbagai
komponen) yang berusaha mengembangkan pandangan/semangat hidup
(weltanschanauung) Islam, yang dima nifestasikan pada sikap hidup dan
keterampilan hidup yang Islami.melalui upaya ini maka sistem pendidikan
Islam diharapkan dapat diintegrasikan nilai-nilai Ilmu pengetahuan, ilmu
agama dan etik, serta mampu melahirkan manusia-manusia yang menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, memilki pematangan profesional, dan
sekaligus hidup dalam nilai-nilai agama.
Dari ketiga paradigma diatas, berkembang pemahaman ditengah
masyarakat yang cengderung lebih memilih lembaga pendidikan umum dari
pada lembaga Islam, karena pertimbangan kualitas lembaga Islam yang
setingkat dibawah lembaga pendidikan umum, hal ini perlu di sikapi
dengan positif dengan semangat memajukan lembaga pendidikan agama Islam.
Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para ulama
berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah ”untuk beribadah
kepada Allah SWT” Kalau dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan
diarahkan untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks pendidikan Islam justru harus
lebih dari itu, dalam arti, pendidikan Islam bukan sekedar diarahkan
untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa, tetapi justru
berusaha mengembangkan manusia menjadi Imam/pemimpin bagi orang beriman
dan bertaqwa (waj’alna li al-muttaqina imaama) .
Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka
kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada
dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang
tertuang dalam al-qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah
(mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), orang yang
itiba’ sunnatullah adaalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan
kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi
orang-orang yang bertaqwa, artinya disamping dia sebagai orang yang
memiki profil sebagai itba’ syaria’tillah sekaligus itba’ sunnahtilah,
juga mampu menjadi pemimpin, penggerak, pendorong, inovator dan teladan
bagi orang-orang yang bertaqwa
Menyadari bahwa pendidikan, sebagaimana dinyatakan oleh salah seorang ahli pendidikan, Christoper J. Lucas, adalah sebagai basis penyimpanan kekuatan yang luar biasa. Yakni memiliki akses ke seluruh aspek kehidupan, memberi informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup di masa depan serta membantu generasi dalam mempersiapkan kebutuhan esensialnya dalam menghadapi perubahan, maka ke depan reorientasi pendidikan Islam perlu diarahkan pada pemberian ruang gerak yang seluas-luasnya pada fungsi esensial dari pendidikan . Dengan demikian lembaga pendidikan Islam tidak sekedar mendapatkan pengakuan peran kualitatif, melainkan yang lebih penting lagi adalah untuk merebut pengakuan kualitatif dari masyarakat atau pemerintah
Ini memang merupakan suatu pekerjaan yang besar yang perlu mendapat dukungan dari segenap unsur dan kelompok baik dari penyelenggara maupun pemikir pendidikan. Akan tetapi apapun perubahan yang ingin diraih, kebijakan-kebijakan dalam pengembangan pendidikan Islam perlu mengakomodasi tiga kepentingan , yaitu:
Menyadari bahwa pendidikan, sebagaimana dinyatakan oleh salah seorang ahli pendidikan, Christoper J. Lucas, adalah sebagai basis penyimpanan kekuatan yang luar biasa. Yakni memiliki akses ke seluruh aspek kehidupan, memberi informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup di masa depan serta membantu generasi dalam mempersiapkan kebutuhan esensialnya dalam menghadapi perubahan, maka ke depan reorientasi pendidikan Islam perlu diarahkan pada pemberian ruang gerak yang seluas-luasnya pada fungsi esensial dari pendidikan . Dengan demikian lembaga pendidikan Islam tidak sekedar mendapatkan pengakuan peran kualitatif, melainkan yang lebih penting lagi adalah untuk merebut pengakuan kualitatif dari masyarakat atau pemerintah
Ini memang merupakan suatu pekerjaan yang besar yang perlu mendapat dukungan dari segenap unsur dan kelompok baik dari penyelenggara maupun pemikir pendidikan. Akan tetapi apapun perubahan yang ingin diraih, kebijakan-kebijakan dalam pengembangan pendidikan Islam perlu mengakomodasi tiga kepentingan , yaitu:
Pertama, kebijakan itu harus memberi ruang tumbuh bagi aspirasi umat
Islam, yakni menjadikan lembaga pendidikan Islam sebagai wahana untuk
membina ruh atau praktek hidup yang Islami.
Kedua, kebijakan yang ditempuh harus lebih memperjelas dan
memperkukuh keberadaan Lembaga Pendidikan Islam sebagai ajang pembinaan
masyarakat sehingga mampu melahirkan generasi yang cerdas,
berpengetahuan, berkepribadian serta produktif sederajat dengan sistem
sekolah. Ini dimaksudkan agar Lembaga Pendidikan Islam sanggup
mengantarkan peserta didik menguasai dasar-dasar pengetahuan secara
memadai, baik dalam bidang bahasa, matematika, fisika, kimia, biologi,
ilmu pengetahuan sosial dan pengetahuan kewarganegaraan serta sebagai
tempat pengemblengan diri untuk menumbuhkan kreativitas seni,
mengembangkan keterampilan dan etos kerja.
Ketiga, kebijakan yang dijalankan hendaknya harus bisa dan mampu
merespon tuntutan-tuntutan masa depan. Untuk itu Lembaga Pendidikan
Islam seyogyanya diarahkan untuk melahirkan sumber daya manusia memiliki
kesiapan memasuki era globalisasi, era industrialisasi dan era
informasi. Serta menjadi tumpuan dalam memperbaiki bangsa ini.
Membangun Pendidikan Yang Bermutu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar